Intoleransi Sumber Terorisme
Anggota Komisi III DPR RI, Risa Mariska (F-PDI Perjuangan)/Foto:Runi/Iw
Anggota Komisi III DPR RI Risa Mariska meminta Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dofiri untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa intoleransi itu cikal bakal radikalisme dan jika itu berkembang akan menjadi terorisme.
“Saya meminta penegak hukum agar bisa memberikan pemahaman tersebut, karena hal ini sangat perlu diketahui sejumlah masyarakat, agar mereka memahami betul-betul apa yang dinamakan intoleransi , radikalimse atau terorisme,” kata Risa usai pertemuan Tim Komidi III dengan intitusi penegak hukum di Yogjakarta, beberapa hari lalu.
Risa menginginkan pihak Kepolisian melalui densus mempunyai data wilayah-wilayah mana yang memiliki intoleransi yang tinggi maupun radikalisme. “Kita menyerahkan semua kepada Kepolisian dan DPR hanya bisa melakukan pengawasan, mengevaluasi dan mengoreksi,” imbuhnya.
Politisi PDI Perjuangan ini melihat Yogjakarta untuk insiden-insiden dan intoleran sangat tinggi, hal itu menurutnya dikarenakan masyarakat Yogjakarta sangat majemuk dan berdekatan antara muslim dan non muslim. Ia menambahkan, tindakan insiden penyerangan yang terjadi di Yogjakarta beberapa waktu lalu pada acara besar keagamaan menimbulkan rasa takut. Tidak saja hanya terjadi di Yogjakarta.
“Kita pernah dengar juga terjadi di Sumatra Utara yang lebih luas gerakannya tidak hanya menyerang umat atau kelompok golongan tertentu namun teror itu terjadi di kantor-kantor kepolisian aparat penegak hukum” ujar politisi Dapil Jawa Barat VI ini.
Sebelumnya di tempat yang sama dalam pertemuan tersebut, Kapolda DI Yogjakarta Brigjen Pol Ahmad Dofiri menjawab pertanyaan sejumlah Anggota Komisi III mengenai terorisme, ia mengatakan bahwa sejak lima tahun terakhir ada satu peristiwa penyerangan di Gereja St. Lidwina.
Namun menurutnya, walaupun hanya satu kejadian akan tetapi akar dari permasalahan terorisme Itu cukup banyak termasuk interloransi dan paham radikalisme yang sekarang ini merebak.
“Untuk itu kami akan konsen bagaimana memberikan pemahaman atau edukasi kepada masyarakat agar tidak mudah terpancing pada penyebaran radikalisme dan intoleransi,” tegasnya.
“Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar, harus lebih didorong dalam memberikan edukasi. Kepolisian pun tidak hanya bergerak sendiri namun dibantu oleh para tokoh agama dan kita tidak hanya pada satu kelompok saja namun pada semua elemen masyarakat. Sehingga pemahaman persoalan ini bisa dimengerti dan masyarakat sendiri bisa menangkal intoleransi dan radikalisme sehingga terorisme tidak akan berkembang kalau kita antisipasi lebih awal,” paparnya mengakhiri. (rni/sc)